Pesona Danau PLTA dan Air Terjun Arau Besar
Danau PLTA Koto Panjang adalah waduk penampungan untuk sumber pembangkit listrik yang membentang di kecamatan XIII Koto Kampar, Riau. Untuk membangun waduk ini harus mengorbankan 8 desa di kecamatan XIII Koto Kampar, yaitu desa Pulau Gadang, Muara Mahat, Tanjung Alai, Batu Bersurat, Koto Tuo, Pongkai, Gunung Bungsu dan Muara Takus, serta 2 desa di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Terdapat pula sekitar 4.800 kepala keluarga yang harus "terusir" dari desa yang telah mereka tempati bertahun-tahun ini. Fauna yang turut mendiami hutan-hutan disekitar danau juga harus rela dipindahkan ke tempat penampungan satwa, serta hutan-hutan juga harus ditebang, demi kelangsungan hidup yang ‘berkelanjutan'.
Sejarah pembentukan PLTA ini cukup panjang. Pada tahun 1979, PLN merencakanan pembangunan DAM skala kecil di Tanjung Pauh untuk memanfaatkan potensi sungai Batang Mahat, anak sungai Kampar Kanan. Sejak itu pula, perusahaan konsultan Jepang TEPSCO (Tokyo Electric Power Service Co.Ltd) melakukan survei untuk pembangunan waduk. Ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama agar pembangunan waduk ini di terima oleh pemerintah kabupaten Kampar dan masyarakatnya. Pembangunan waduk ini benar-benar dimulai pada bulan Januari 1993 dan selesai pada Maret 1996. Setelah melakukan uji coba penggenangan, maka Jumat 28 Februari 1997 danau PLTA diresmikan sebagai sumber tenaga listrik.
Danau PLTA Koto Panjang memiliki luas yang mencapai 12.400 ha dengan kedalaman 73.5-85.5 m dan tinggi bendungan 96 m. Lokasi danau PLTA hanya berjarak 30 km dari ibukota Kabupaten Kampar, atau sekitar 84 km dari Pekanbaru. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat dengan estimasi lama perjalanan 2-3 jam. Kondisi jalannya beraspal mulus dan berkelok-kelok. Kita dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa jasa travel dengan biaya 500.000 (supir, mobil dan bensin) karena belum ada angkutan umum menuju tempat wisata ini. Dan dari jalan lintas utama Riau-Sumbar, kita harus treking menyusuri hutan karet sekitar 15 menit untuk bisa sampai ke danau.
Pemandangan Danau PLTA. Foto : Kacamata Gober |
Danau PLTA Koto Panjang menjadi lokasi memancing favorit bagi wisatawan yang hobi memancing. Di danau ini masih banyak ikan-ikan yang dapat ditemukan, seperti Ikan Toman, Baung, Geso, Balido, Barau, Tapa, dan Patin. Ikan toman dan ikan patin masih menjadi ikan andalan di danau ini. Tidak jauh dari danau ini, ada sebuah kampung yang terkenal dengan ikan patinnya, terletak di desa Koto Mesjid. Di kampung ini, setiap rumah memiliki minimal satu kolam ikan patin. Makanya jadi disebut dengan kampung ikan patin.
Di tengah-tengah danau akan banyak kita temui tambak-tambak ikan yang berfungsi sebagai mata pencaharian masyarakat disekitar danau. Ketika malam hari, di atas danau seolah-olah terlihat seperti kota, karena adanya lampu-lampu kecil dari tambak. Di sekitar danau juga banyak saung-saung lepas yang bisa digunakan untuk melepas penat, rehat dan makan siang bersama teman-teman perjalanan sambil menikmati kolaborasi air danau yang hijau (berasal dari fitoplankton atau alga hijau), langit biru, dan awan putih yang berarak riang. Hal lain yang membuat danau ini begitu mempesona adalah sekelompok kayu-kayu mati di tengah danau. Penebangan hutan akibat relokasi desa menyisakan kayu-kayu mati yang membuat danau ini menjadi lebih eksotis dan indah. Selain itu, ada kekuatan ‘magis’ yang terasa ketika matahari menuju peraduannya, seakan-akan kayu tidak memiliki kesempatan lagi untuk menemui sang matahari besok pagi. Begitu sendu. Ini menjadi salah satu pemandangan yang wajib dinikmati saat berkunjung ke sini.
Di tengah danau juga terdapat Pulau Tonga, yaitu pulau yang tercipta dari gundukan daratan yang tidak tenggelam ketika penggenangan danau. Pulau ini dapat dimanafaatkan untuk camping sambil menikmati indahnya bintang saat malam hari. Meskipun di tempat ini sama sekali tidak dijumpai rumah warga, kita tidak perlu khawatir karena fasilitas yang tersedia cukup lengkap. Mulai dari MCK (Mandi Cuci Kakus), warung makanan dll. Adapula aktifitas lain yang dapat kita lakukan di sini, yaitu susur danau dengan menyewa kapal yang dikelola oleh pemuda setempat. Kapal yang disediakan mampu memuat 25-30 orang. Hanya dengan membayar lebih kurang satu juta rupiah, kita sudah dapat menikmati luasnya danau, mampir di Pulau Tonga, dan diantar sampai ke ‘pintu’ masuk air terjun dengan lama perjalanan sekitar 1-1.5 jam.
Air Terjun Arau Besar. Foto : Kacamata Gober |
Semakin mendekati lokasi "pintu" air terjun, maka danau semakin dangkal. Hal yang memandakan perjalanan telah sampai di "pintu" air terjun adalah ketika kapal sudah tidak bisa berlayar lagi. Itu artinya kita harus berjalan kaki menyusuri sungai menuju air terjun. Sungai ini adalah limpahan dari air terjun Arau Besar yang menuju danau. Satu jam berjalan kaki menyusuri sungai, kita akan langsung dimanjakan dengan air terjun Arau Besar yang tingginya mencapai lebih kurang 15-20 m. Air terjun Arau Besar ini memiliki tiga tingkatan. Tingkat pertama atau yang paling bawah adalah air terjun yang paling tinggi yang mencapai 15-20 m. Di tingkat kedua, ketinggiannya mencapai 6 m dan di tingkat ketiga hanya 4 m. Dari ketiga tingkatan, yang bisa dinikmati hanya air terjun yang ditingkat pertama. Boleh saja menikmati tingkatan air terjun yang kedua dan ketiga, namun resikonya terlalu tinggi mengingat jalurnya curam dan licin. Semakin malam, tempat ini semakin gelap. Tak ada lampu dan penerang, hanya mengandalkan bulan dan bintang. Ternyata, Riau Indah Wak!
Penulis : Afifah
Editor : Tantia Shecilia
Tidak ada komentar