Menyingkap Pesona Bumi Melayu

  • Info Kelana

    Indahnya Kapuk, Pulau di Tengah Sungai

    Provinsi Riau selalu memiliki tempat-tempat tersembunyi nan unik untuk dikunjungi, salah satu yang sangat akrab di Riau adalah air terjun. Namun, sebagai daerah yang tereletak di tengah Pulau Sumatera, sangat sulit menemukan wisata lepas pantai atau pulau-pulau kecil di pinggir laut yang ada di Riau. Hanya dijumpai beberapa saja, salah satunya Pulau Kapuk. Pulau ini bukan terletak di tengah laut ataupun di bibir pantai, melainkan di tengah sungai, tepatnya aliran sungai Subayang Desa Padang Sawah, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.

    Pulau Kapuk. Foto : Kelana Riau/Rizki Okta Mulyadi
    Pulau ini terbentuk dikarenakan adanya dataran tinggi di tengah sungai, sehingga membentuk sebuah pulau. Pulau yang dinamakan Pulau Kapuk ini dahulunya adalah Kebun Kapuk, yang mana di pulau tersebut banyak ditumbuhi pohon-pohon kapuk dan menjadi ladang penghasilan bagi masyarakat setempat. Seiring berjalannya waktu, pohon-pohon kapuk tersebut perlahan mati dan hanya meninggalkan dataran tinggi yang memiliki padang rumput hijau. Pulau tersebut akhirnya dialih fungsikan menjadi tempat bermain pemuda setempat atau sekedar tempat tongkrongan menghabiskan waktu luang.

    Melihat hal tersebut, sebuah komunitas yang dikenal dengan nama Pemuda Pecinta Alam Padang Sawah (PAPALA Padang Sawah) mempunyai ide untuk mengembangkan pulau tersebut menjadi potensi wisata. Komunitas yang dipimpin oleh Bang Kasmon (sapaan akrab) ini menyulap tempat tersebut menjadi menarik dan menyediakan fasilitas untuk memudahkan pengunjung menuju ke pulau kapuk. Di pulau tersebut pengunjung bisa membuat beragam acara seperti acara pentas kesenian yang bertemakan alam. Sangat cocok untuk kegiatan camping beberapa malam dan membuat api unggun.

    Papan nama sebagai tanda masuk pulau kapuk. Foto : Kelana Riau/Rizki Okta Mulyadi
    Akses menuju ke sana tidak sulit dikarenakan jalan menuju ke Desa Padang Sawah sudah diaspal dan bisa dilalui kendaraan roda empat. Jika dari Pekanbaru dapat memakan waktu lebih kurang dua setengah jam melewati lintas tengah ke arah Desa Lipat Kain dengan perjalanan darat. Setelah melewati Desa Lipat Kain, pengunjung harusk masuk ke Desa Kuntu yang nantinya menghubungkan ke Desa Padang Sawah. Di Desa Padang Sawah, pengunjung akan melihat papan nama pulau kapuk sebagai tanda pintu masuk ke pulau tersebut.

    Jalan menuju tepian sungai. Foto : Kelana Riau/Rizki Okta Mulyadi
    Dari pintu masuk menuju ke tepian sungai tidaklah jauh. Hanya dua menit jika menggunakan sepeda motor dan lima menit jika berjalan kaki. Untuk kendaraan roda empat, tidak dibawa ke tepian sungai dan harus dititipkan di rumah warga setempat atau di tempat yang telah disediakan oleh komunitas PAPALA. Dari tepian sungai, pengunjung akan menyeberang menuju pulau menggunakan piyau besar atau perahu mesin yang terbuat dari besi dan dapat menampung sepuluh orang bahkan lebih. Penyeberangan hanya membutuhkan waktu lebih kurang satu menit.

    Penyebrangan menuju pulau kapuk. Foto : Kelana Riau/Rizki Okta Mulyadi
    Bagi pengunjung yang ingin melakukan camping dan menginap di pulau, maka harus mendapat izin dan pengawasan oleh anggota PAPALA. Karena sewaktu-waktu pulau bisa tenggelam di malam hari dikarenakan pasangnya air sungai, terlebih di saat musim hujan. Untuk itu, lebih disarankan mengunjungi pulau kapuk pada saat musim kemarau atau tidak musim hujan.

    Serangkaian kegiatan di pulau kapuk. Foto : Kelana Riau/Kacamata Gober
    Mandi di tepian pulau kapuk. Foto : Kacamata Gober
    Untuk biaya masuk ke Pulau Kapuk saat ini masih gratis dikarenakan wisata tersebut baru saja dibuka. Pengunjung hanya perlu mengeluarkan biaya bensin kendaraan jika menggunakan kendaraan pribadi menuju ke sana. Pengunjung juga bisa menggunakan jasa travel yang menuju ke Desa Padang Sawah dengan biaya lebih kurang Rp.100.000 sekali berangkat atau bisa menggunakan Kelana Riau Travel. Ke depannya, Pulau kapuk dapat dikenakan biaya masuk dan biaya penyeberangan piyau untuk membantu operasional pengelolaan wisata.

    Penulis : Rizki Okta Mulyadi
    Editor : Tantia Shecilia

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad