Menyingkap Pesona Bumi Melayu

  • Info Kelana

    Kemegahan Ar Rahman, Masjid Percontohan di Tengah Kota

    Meski bukan Masjid tertua di Pekanbaru (Masjid tertua di Pekanbaru : Masjid Raya Senapelan), Banyak yang tidak tahu bahwa Masjid Ar Rahman ternyata telah dibangun sejak masa kolonial Belanda. Masjid yang terletak di tengah Kota Pekanbaru ini dibangun pada tahun 1930 secara bersama-sama dan rampung pada tahun 1935. Awalnya, Masjid Ar Rahman hanya sebuah rumah ibadah yang sangat sederhana. Hanya memiliki lantai, dinding, serta tiang masjid yang terbuat dari papan dan beratapkan daun. Bangunan Masjid berbentuk panggung dengan tinggi sekitar 1 meter dari tanah. Masjid pun hanya dicat menggunakan oli bekas yang menjadikan warna masjid sedikit hitam kecoklatan bergabung dengan warna papan. Lahan masjid pun hanya berukuran 8x8 meter yang dibangun diatas tanah wakaf seorang bangsawan Jawa yang saat itu sebagai lurah di Pekanbaru.

    Kemegahan Ar Rahman, Masjid Percontohan di Tengah Kota. Foto : KelanaRiau/Rizki Okta
    Adalah Raden Sastro Pawiro Djaya Diningrat yang membiayai sebagian besar pembangunan masjid tersebut. Ia adalah seorang lurah atau kepala desa di masa itu yang memerintah pada tiga zaman yakni pada masa kolonial Belanda, masa Jepang menjajah, hingga Indonesia dinyatakan sebagai Negara yang Merdeka.

    Seiring dengan bertambahnya penduduk Kota Pekanbaru dan hanya satu-satunya Masjid yang mudah dijangkau masyarakat yang berasal dari warga sekitar Jalan Sumatera, Cempedak, Pepaya hingga Ahmad Yani, masjid pun penuh dengan jemaah. Barulah di lakukan renovasi pertama di tahun 1960 dengan menghilangkan bagian panggungnya. Semenjak itu tidak ada perubahan lagi hingga di Tahun 2004, Pemerintah Kota Pekanbaru membebaskan lahan di sekitar Masjid Ar-Rahman dan kembali melakukan renovasi pada masjid. Dana APBD Provinsi Riau sebesar 4,6 miliar dan Kota Pekanbaru sebesar Rp. 3,8 miliar pun digunakan untuk pembebasan lahan dan renovasi masjid dengan luas bangunan dan tanah mencapai 4.700 m2.

    Sejak selesai di renovasi pada 19 Juli 2009, Masjid Ar Rahman pun diresmikan oleh Gubernur Riau pada masa itu, Rusli Zainal. Dan seluruh kegiatan dan acara keagamaan Kota Pekanbaru selalu di lakukan di Masjid ini tidak lagi di Masjid Raya Senapelan.

    Bagian Dalam Masjid Ar Rahman. Foto : Kelana Riau/Rizki Okta
    Dilihat dari sisi bangunannya, Masjid banyak mendapat pengaruh gaya arsitektur Melayu, Turki, Arab, dan India. Desainnya yang unik menjadikan masjid ini sebagai salah satu masjid terbaik di Kota Pekanbaru. Selain tempat ibadah, di areal masjid juga terdapat kantor dakwah, perpustakaan, BAZ (Badan Amil Zakat) serta Makam Raden Sastro atau dikenal dengan nama Pak Nyamuk tepat di belakang bangunan Masjid Ar Rahman.

    Pemerintah Kota Pekanbaru berencana menjadikan kawasan masjid ini sebagai Islamic Center Pekanbaru dengan seluruh aktivitas dakwah di dalamnya. Mengingat fungsi masjid saat ini yang tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga dijadikan sebagai pusat informasi dan dakwah. Letaknya yang strategis yang berada di jalan protokol dan tengah pusat pemerintahan dan ekonomi tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman, di bawah jembatan layang (Fly Over), menjadikan masjid ini sebagai masjid percontohan terbaik nomor 3 se-Provinsi Riau oleh Kementrian Agama Provinsi Riau. Selain kegiatan keagamaan, di Masjid Ar Rahman juga dilakukan pembacaan dan Pembelajaran Seni Al-Quran gratis setiap hari Ahad pagi yang dimulai pukul 07.30 WIB, pengajian setiap senin ba’da Maghrib, Haflah dan Dzikir bersama, gerakan berbaju putih di hari Jumát, dan berbagai kegiatan lainnya.

    Penulis : Salman Syuhada
    Editor : Tantia Shecilia

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad